Lagi-lagi Jokowi membuat kehebohan dengan kesederhanaannya. Kali ini bukan soal ternyata Bapak Presiden suka musik-musik metal, atau tentang beliau muncul di vlog Putra bungsunya, melainkan beliau tertangkap kamera sedang belanja sepatu diskonan di Manado Town Square 2 (Matos). Jokowi yang ditemani oleh Gubernur Sulawesi Utara Olly Donkokanbey dan Walikota Manado Vicky Lumentut berada di Matos untuk meninjau perekonomian masyarakat secara langsung. Siapa sangka, banner diskon di Outlet Bucherri menarik hati Pak Presiden.
“Mumpung ada diskon, saya belanja sepatu.” Kata Jokowi, seperti yang dilangsir dari bentengnkri.com.
Tentu kita bertanya-tanya kok bisa sih Presiden kita beli barang diskonan? Tentu saja alasannya bukan karena sedang akhir bulan dan belum gajian,
1. Demi disebut hits dan gaul abis, kamu nggak boleh ketinggalan tren. Mahal pun, semua dilakoni demi eksistensi
Haram namanya nggak punya item fashion terbaru via blog.zalora.com
2. Fungsi berubah jadi gengsi. Asal bisa pamer kelas sosial, minim guna pun tak masalah
Buang-buang bensin banget pakai mobil sport di tengah macetnya Jakarta via www.kompas.com
3. Orientasi selalu brand luar negeri biar dianggap anak masa kini. Padahal banyak produk dalam negeri yang kualitas teruji dan harga yang manusiawi
4. Dibanding barang bermerek yang tahun depan mungkin sudah tak populer, mending mulai menabung untuk keperluan masa depan
Lebih baik fokus cicil rumah masa depan via www.nreie.com
Kelak semakin kamu dewasa, semakin banyak pula kebutuhan yang harus kamu penuhi. Orangtua semakin menua, sebagai anak tentu kamu harus gantian memenuhi kebutuhan mereka. Belum lagi nanti ketika kamu sudah berkeluarga. Dengan kewajiban mulai dari bayar uang sekolah anak, biaya hidup sehari-hari, cicilan rumah dan kendaraan, semua itu membuat kesempatanmu untuk menabung justru semakin sempit.
5. Gaji yang besar bukan alasan untuk menuruti semua yang ingin dibeli. Terkadang kita harus jeli membedakan kebutuhan dan keinginan
Dengan gaji yang besar, memang kita tidak lagi gundah saat ingin membeli sesuatu. Kita tidak lagi harus berpikir keras, apakah harus membeli baju dulu ataukah sepatu dulu? Beli saja dua-duanya, toh uangnya ada. Dari sini terkadang kita menyamakan antara kebutuhan dengan keinginan. Kamu merasa harus beli baju baru, bukan karena butuh melainkan karena ingin. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, baju-baju yang kamu punya masih bisa dipakai.
Teori bahwa semakin besar penghasilan seseorang, semakin besar pula kebutuhannya tentu ada benarnya. Sebab dengan semakin banyaknya uang yang kita punya, ruang gerak lebih luar, sehingga kita juga akan melihat dalam scope yang lebih luas. Kebutuhan adalah hal-hal yang tanpanya kamu tidak bisa hidup, misalkan tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Sementara keinginan, adalah hal-hal yang tanpanya kamu tetap bisa hidup normal. Kita harus jeli membedakan.
6. Masa muda bukanlah waktunya untuk berhura-hura. Justru waktunya kamu menempa diri untuk adaptasi dengan segala kondisi
Ketika muda, dengan tubuh yang masih kuat dan sehat bugar, dengan ruang gerak yang masih sangat luas, dengan beban yang tak terlalu berat, justru harus dijadikan momen untuk menempa diri. Masa muda adalah kawah candradimuka, momen pembentukan pribadi. Sebab masa depan penuh dengan kejutan. Membiasakan diri untuk tetap hidup sedernaha, bahkan cenderung kurang, seberapa pun gaji yang kamu punya, adalah salah satu cara mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Sayang sekali bukan bila kita mengabaikan kehidupan di masa depan, hanya demi kesenangan masa kini yang tak abadi? Meskipun sesekali kita perlu menyenangkan diri sendiri sebagai wujud penghargaan atas kerja keras selama ini, namun jangan sampai melupakan kehidupan di depan yang sudah menanti. Kalau Pak Jokowi saja tidak masalah beli sepatu diskonan, kenapa kita harus memaksakan diri bergaya sosialita, padahal tiap akhir bulan engap-engapan menunggu tanggal gajian?
0 comments:
Post a Comment