Akhirnya publik bisa bernapas lega dengan berakhirnya drama kopi mirna. Jessica yang dituduh membunuh Mirna dengan segelas kopi bersianida, diganjar hukuman 20 tahun penjara, setelah melalui proses persidangan yang alot dan menjadi tontonan publik. Sorotan media yang berlebihan terhadap kasus ini menyisakan tanda tanya, adakah ini sengaja dijadikan sebagai pengalihan isu dan kepentingan rating semata? Tak hanya itu, aksi debat kusir yang melibatkan pihak korban dan tersangka justru membikin penonton persidangan gregetan. Bahkan tak sedikit dari penonton yang menjadikan tayangan persidangan Mirna sebagai hiburan.
Setelah 10 bulan menjadi perbincangan hangat, akhirnya tutup tirai dengan ketuk palu 20 tahun penjara untuk Jessica. Pelajaran apa yang bisa dipetik oleh masyarakat Indonesia?
Akhir yang dinanti seantero Indonesia via Ngokos.com
Kasus persidangan yang ditayangkan oleh beberapa stasiun TV nasional ini, begitu menyita perhatian publik. Lini masa media sosial masyarakat Indonesia pun dipenuhi dengan bahasan tentang kasus ini. Dengan atensi yang luar biasa terhadap kasus ini, seharusnya publik mendapat pelajaran yang berharga atas kasus ini. Jangan sampai kasus ini hanya menjadi tontonan hiburan semata yang tak ada juntrungannya.
Meski faedah mengikuti kasus populer ini dipertanyakan, publik tampaknya kecanduan ikuti kuliah hukum yang dibalut drama pengadilan dengan Jessica sebagai tokoh antagonisnya
Persidangan yang menjadikan Jessica sebagai tokoh antagonisnya via kaskus.co.id
Beberapa dari mereka yang menonton langsung sidang Jessica mengaku jadi paham tentang istilah hukum setelah mengikuti jalannya persidangan, seperti istilah pledoi, replik, atau duplik. Bisa jadi ke depannya, istilah VIC sebagai singkatan dari ‘Vietnamese Ice Coffee’ yang disebutkan oleh hakim saat persidangan, berpotensi untuk pouler.
Tak tanggung-tanggung satu kali persidangannya pernah ditayangkan selama 12 jam, yang akhirnya berakhir di sidang ke-32. Tidakkah itu berlebihan jika dibandingkan dengan kasus mendiang Munir yang masih mengawang?
Jadi tontonan wajib menggeser Uttaran via Elshinta.com
Porsi pemberitaan yang berlebihan pada kasus ini, memunculkan dugaan bahwa bisa jadi ini pengalihan isu semata!
Kalau sudah cukup teredukasi masalah kopi dan CCTV, yuk melihat masalah lain via Tirto.id
Aksi debat kusir dalam persidangan Jessica menjadi andalan rating bagi tv-tv swasta selama berbulan-bulan lamanya
Stasiun TV harus mulai putar otak setelah tamatnya persidangan populer ini via jambi.tribunnews.com
Akun atas nama Bang Omed misalnya menulis, “Cinta Fitri, TBNH sama uttaran tepok tangan lihat sidang Jessica yang panjangnya hampir sama kayak sinetron,” mengacu pada nama-nama sinetron.Pada beberapa persidangan, sempat terjadi kegaduhan. Yakni aksi saling tunjuk antar kedua belah pihak dan bahkan pernah pula jaksa dan pengacara Jessica saling bentak. Sungguh kegaduhan tersebut tak layak untuk dipertontonkan khalayak. Yang di sisi lain, momen tersebut sangat disyukuri oleh sejumlah media televisi lantaran rating yang meroket. Sungguh amat disayangkan, sebuah persidangan yang seharusnya berjalan serius, justru berjalan gaduh dan disaksikan seluruh masyarakat.
via www.bbc.com
Pun jika Jessica mengajukan banding, baiknya atensi media pada kelanjutan kasus pembunuhan ini pada takaran yang selayaknya saja
Ending atau to be continued… via megapolitan.kompas.com
Drama persidangan Mirna yang bertujuan untuk menunjukkan integritas nyatanya berujung menjadi sirkus persidangan yang dimanfaatkan untuk kepentingan rating semata. Memang insting media adalah untuk mengikuti berita populer, tapi sebaiknya prinsip proporsionalitas juga tetap dijaga. Media juga cuma mengikuti preferensi penonton, jadi ya kalau memang menurutmu tidak berguna ya sudah tak usah ditonton.
0 comments:
Post a Comment